Anak sulung saya yang kini saya panggil abang, adalah seorang anak manis saat kecilnya dan tetap menyenangkan sampai besarnya seperti kini. Ia lahir dengan bobot lumayan mungil untuk ukuran seorang bayi pada umumnya, yakni hanya dengan berat badan 2,7kg dengan panjang badan 50cm.
Yang membahagiakan, bidan kelahirannya adalah neneknya sendiri (ibu saya), yang memang saat itu masih aktif menjadi perawat bidan di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Sungguh kebetulan yang menyenangkan ^^
Proses kelahirannya begitu dinanti-nanti oleh kami semua, terutama, opa dan neneknya. Mengingat ini adalah cucu pertama. Ia lahir tepat tanggal 2 September 1997, berselisih hanya sehari dengan tanggal kelahiran Opa, 3 September.
Bicara soal tanggal, ada kejadian lucu sesaat sebelum proses kelahiran pertama saya ini. Sempat tercetus niatan opa untuk meminta saya menunda kelahiran, agar si abang bisa lahir berbarengan dengan tanggal kelahirannya keesokan harinya. Terngiang saya akan ucapan opa pada nenek yang saat itu memimpin proses kelahiran. "emang ga ada ya obat penahan mules, biar lahirnya bisa ditahan sampai besok, jadi nanti ulang tahunnya bisa bareng sama saya. kan bagus cucu pertama ulang tahunnya bisa bareng opanya." demikian tanya opa pada nenek.
huaaaa...saya semacam pengen meringis pilu gitu dengernya. Diantara rasa mules yang menjadi-jadi juga sakit yang tak tertahankan saat itu, ucapan polos opa berasa jadi aura negatif buat saya. "What?? Maksudnya diriku harus nunda mules sampe besok gitu? "Oh my God, plisss deh opaaaa...ini aja udah ga ketahan mules dan sakitnya, mosok harus ditunda sampai besok hanya biar bisa barengan ultah", begitu ceracau saya hanya dalam hati, karena rasa sakit membuat mulut saya terkunci untuk sekedar berceloteh *gigit bantal beneran pokoknya saya saat itu* :))
Syukur Alhamdulillah, setelah melalui proses induksi yang sakitnya bener-bener terasa selangit sebumi *sumpah ini ga lebay* akhirnya abang lahir dengan selamat, sehat wal'afiat. Wajahnya manis menyerupai bayi perempuan, terlebih dengan bobot tubuh yang mungil, ia jadi nampak seperti bayi imut-imut dengan tulang hidung terlihat sangat menonjol karena begitu tirus wajahnya.
wajah lucu abang saat berusia 6 bulan |
abi dan abang setelah besar |
Ia kami namai Muhammad Adib Arkan. Adib Arkan bermakna yang beradab mulia. Sebagus-bagusnya doa tentulah itu yang menjadi harapan kami untuknya. Dan kemarin adalah hari ulang tahun abang ke16. Itu berarti hari ini adalah hari ulang tahun Opa. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi kami setiap tahunnya, karena moment inilah yang menjadi momen kebersamaan kami, dimana abang dan opa merayakan ultah bersama berselang hanya sehari.
Namun hidup itu memang tak selalu berjalan semulus impian kita. Nyatanya Allah punya cerita lain. Opa sudah kembali padaNya sejak 9 tahun yang lalu. Tak lagi bisa kami lihat senyum keceriaan opa seperti yang biasa terlihat saat opa masih bersama kami.
saat indah kebersamaan kami, saya, adik bungsu, abang, adik tengah, opa, nenek. Senyum opa inilah yang selalu kami rindu. |
May Allah bless u Opa, we miss u :* |
In memoriam Opa Gurdi
Lahir 3 September 1945
Wafat, 16 Oktober 2004