Aku terdiam dan terpaku memandangi derasnya air kali itu. Kali ciliwung, yang disekelilingnya dipenuhi hutan2 bambu. Suasananya mencekam. Sunyi. Sepi. Bantaran kirinya sangat curam dan terjal, nyaris tak bs dilalui manusia. Ada sampai ketinggian kurang lebih 20m. Bantaran kanan masih bs dilalui meski tak kurang terjalnya.
Bayangan peristiwa seminggu yg lalu kembali berkelebat dibenakku. Berbagai perasaan berkecamuk jadi satu. Tragis.Sedih. Pilu. Perasan bersalah. Semua memenuhi pikiranku saat itu.
Kejadian berawal pada saat aku menghadiri ta'lim mingguan, disalah satu rumah sahabatku di lenteng agung. Saat itu aku membawa serta anak bungsuku. Faiz namanya. 5.5th. Dia penyandang autis. Masih non verbal.
Ketika kakiku baru menginjak rumah tmnku, aku yg dirumah terbiasa dengan pengamanan berlapis menjaga anakku, segera menutup semua akses keamanan baginya. Hal ini dimungkinkan, mengingat semua teman di ta'limku sdh mahfum dengan kondisi anakku, Gerbangpun dikunci. Akses menuju tangga di tutup. Mengingat dia pernah beberapa kali kerap nyaris jatuh, dgn cara memanjat pembatas lantai atas rmh seorang temanku yg lain. Beberapa kali juga menyelinap keluar rumah saat aku lengah, nyaris blm paham sama sekali akan bahaya. Sesuatu yg selalu mbuatku jantungan dibuatnya.
Singkat crita semua akses berbahaya sdh kujaga. Sepanjang ta'lim pun tak henti aku bolak balik melihatnya bermain di teras bersama beberapa anak dr temanku. Itupun belum bs membuatku tenang dan duduk manis mengikuti ta'lim. Otak dan fikirannku terus tertuju pada anakku. Seperti radar yg terprogram. Aku mengingatnya bahkan hampir setiap waktu.
Ta'lim dimulai bada ashar sampai jelang magrib. Tibalah sampai azan mgrib berkumandang. Semua bersiap untuk sholat magrib. Seketika semua anak diteras masuk ke dalam rumah, tiba2 seorang anak temanku bicara pd ibunya, kalau dia tdk melihat faiz lagi, dia berkata sempat melihat anakku memanjat tembok pagar depan. Pagar yg seusngguhnya sangat tinggi untuk ukuran anakku, dan tanpa ada pijakan untuk naik sedikitpun. Benar2 diluar dugaanku.
Seketika kami semua berlarian keluar rumah mencarinya. Cemas, takut, mengingat hari sdh gelap, dan akupun tak tau kemana hrs mencari, mengingat lingkungan yg masih asing buatku. Cuma satu yg terbayang, ada kali beraliran deras diblakang rumah temanku, ditambah lagi anakku sangat senang bermain air. Bayangan burukpun menguasaiku, membuat seluruh badanku lemas seketika. Karena ini bukan kali pertama aku kehilangannya. Blm lama berselang akupun kehilangannya, nyaris 1 jam untuk menemukannya. Saat itu ditemukan didalam got yg dekat dengan gorong2 yang sedang digali. Disamping kuburan yang sepi. Kurang lebih 1 km dr rumahku. Ya Allah..mengapa aku harus merasakannya lagi...
Melihat aku yg lemas terjatuh, warga sekitar yg sedang bubaran sholat mgrib dimasjid terdekatpun berhamburan, mereka bertanya apa yg terjadi. Seketika berlarianlah mereka membantu mencari anakku, menuju kali tentunya, daerah yg sangat berbahaya untuk anak sekecil anakku.
Srasa tak bernyawa...kurasakan begitu lama wkt berjalan, mananti kabar anakku ditemukan. Bukan wkt yg sebentar. krn kali ini nyaris 1 jam pula untuk bisa menemukannya.
Alkisah...berceritalah org yg menemukan dan menolong anakku. Ia bertutur, anakku terlihat ada disebrang kali ketika ditemukan. Saat itu ada yg mendengar jeritan suaranya. Mereka menduga dari arah kali. Dari saksi mata yg pertama kali melihat anakku, ia ada 300m dr tempatnya ditemukan. dan mereka berkesimpulan bila anakku sempat terseret dan terbawa derasnya arus kali sejauh 300m. Sulitnya, ketika pertama kali ditemukan, tak ada yg mengira anakku adalah anak yg bermasalah. karena wajah dan fisiknya nampak normal, sama dengan anak2 pada umumnya. Jadi tak ada yg berfikir ia ada dlm situasi yg berbahaya ketika ada di dekat bantaran kali. Krn inilah ia luput diselamatkan lbh awal.
Perkiraan ia terseret arus dimungkinkan mengingat ketika ditemukan ia ada disebrang kali. Berpegangan dan menumpu pada batang2 bambuyang terserak dikali, yg pd pagi harinya memang ditebangi oleh warga sekitar. Subhanallah...
Semua upaya pertologan dikerahkan. Diperlukan ekstra keberanian untuk mengambilnya dr sebrang, mengingat medan yg sulit, air kali yg pasang, arus yg deras. Semua alat dipakai warga sekitar, bambu, tambang, senter, ban dalam, apapun yg bs dipakai digunakan. Krn malam itu sangat gelap. Nyaris tak ada cahaya sedikitpun, memnggunakan senter pun hrs dr jarak yg dekat. Kalau anakku tak berteriak mungkin belum tentu terlihat oleh mereka. Perkiraanku, ia berteriak krn sdh sangat kedinginan. Karena hanya dengan cara itulah ia berkomunikasi.
Sedihnya.. aku tak ada saat mereka berjibaku menolong anakku. Mereka seperti dikirim Allah, menjadi malaikat penolong bagi anakku. Org2 berhati mulia, bahkan mereka rela mengorbankan nyawanya untuk menolong anakku. Aku berhutang budi pada mereka. Rasanya tak mampu aku membalas kebaikan mereka. Hanya pd Allah saja aku memohon..semoga kebaikan mereka dibalas Allah dengan pahala berlipat ganda. Aminnn Ya Robbal 'Alamin.
Ketika ditemukan anakku sdh basah kuyup, menggigil kedinginan dengan wajah pucat dan bibir membiru. Keadaan mengenaskan yg membuat nelangsa bagi siapapun yg melihatnya. Tak henti kuucap takbir dan syukur...Subhanallah..Allahuakbar...Alhamdulillah...aku masih bisa memeluknya ya Allah...
Seminggu berlalu, kejadian ini masih menjadi bahan perbicangan warga kampung sekitar. Bahkan dalam beberapa akun fesbuk yg dimiliki org2 sekitar mereka menyebutnya tragedi bambon. Bambon bermakna hutan bambu. Karena dulunya tempat itu memang dipenuhi hutan bambu. Mengapa mereka mereka menyebutnya tragedi, karena sdh banyak ditemukan mayat ditempat anakku hanyut.. jarang ada yg bs terselamatkan, krn disana ada pusaran air, yg membuat siapaun yg hanyut sulit untuk meyelamatkan diri, apalagi bagi anak kecil seusia anakku. hanya soal waktu untuk bisa keadaannya lebih buruk.
Semua bertakbir ketika berhasil menyelamatkannya. Allahu akbar..Allah Maha Besar. Tak ada yg bs melampaui kuasaNya..dan begitu banyak malaikat menjaganya. Subhanallah..
Meski begitu, tak kurang banyak jg org menyalahkanku. Untuk semua kelalaianku. Banyak yg tak habis pikir, mengapa bs anakku terlepas disaat magrib seperti itu. Sedikitpun aku tak pernah menyalahkan mereka karenanya. Karena apapun critanya, memang yg org lihat adalah kelalaian. Tak mungkin aku bercerita pd banyak org tentang apa yg terjadi padaku. hanya menghabiskan energiku saja. Hingga ditengah kesedihan, kutelan saja semua kata2 orang. Meski buatku ini menyakitkan dan tak adil.
Begitupun yang terjadi pada teman2ku. Mereka semua tercekat, menangis, larut dlm keadaan yg sgt menguras emosi. Merekalah saksi hidup. dari sepenggal kisahku. Merekalah yg melihat langsung betapa aku sangat menjaga anakku sepanjang ta'lim berlangsung. meski tak urung aku tetap kecolongan juga. Mungkin Allah berkehendak lain. Ingin memberiku sejuta hikmah. mungkin tidak hanya bagiku, tp juga org2 disekitarku. Meski begitu tak kurang pula terimakshku pd mereka, atas support dan doa yg slalu mereka beri untukku. Aku mencintai kalian karena Allah...
Kejadian ini menyadarkanku akan tipisnya batas hidup dan mati. Mudah saja bagi Allah mengambil anakku pada saat itu. Tapi rupanya takdir berkata lain. Allah masih sangat menyayangiku. Dia masih memberiku kesempatan memilikinya. Masih mempercayakanku merawatnya.. InsyaAllah.hingga raga memisahkanku dengannya.
Inilah sekelumit kisahku. Cuma sepenggal. Kukatakan begitu, tentu bukan tanpa alasan. Karena diluar sana, pasti masih banyak orang tua yg senasib denganku. Yang jg mempunyai anak berkebutuhan khusus. Yang aku yakin kisah hidupnya bisa jadi lebih berat dan dramatis dibanding yg aku alami. Aku tidak ingin mrasa menjadi orang yg paling malang dan menderita didunia. Rasanya lbh arif bila aku mrasa mejadi orangtua yg beruntung. Karena diberi anugrah memiliki anak surga. Anak yg slalu bisa mengingatkanku akan arti syukur. Membuatku kaya hati. Membuatku jauhhh lebih sabar. Subhanallah..Alhamdulillah ya Allah..begitu besar karuniaMu...
Kudedikasikan tulisan ini bagi orangtua spesial...
Semoga kesabaran kalian bisa mengantar kalian ke surgaNya...Aminn...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar