Kali ini aku ingin berkisah tentang kekuatan mimpi dan cita-cita.The power of dream. Rasanya kalimat itu sangat tepat untuk memulai kisahku.
Aku tiga bersaudara. Semua perempuan. The Gurdi's sisters begitu kami menyebutnya. Ya.. karena Gurdi adalah nama ayah kami. Aku yang tertua. Adik pertamaku bernama Amalinda Gurdi. Biasa ku panggil dengan Linda. Usiaku dan Linda hanya terpaut setahun 5 hari. Adik bungsuku bernama Annisa Gurdi. Kami memanggilnya Nisa. Jarak usia Nisa dengan aku dan Linda terpaut lumyan jauh, 9 tahun. Tak heran, karena aku dan Linda lama berdua saja selama 9 tahun, ini membuat kami menjadi dekat. Ibu selalu memakaikan baju yang sama pada kami berdua. Mengingat bila berlainan, pastilah akan menimbulkan pertengkaran karena rasa iri. Hingga kami bagai anak kembar. Nama kami pun bila dipanggil terdengar mirip , 2 L...Lia dan Linda.
Alkisah...dulu...ayah kami (almarhum) bekerja pada sebuah perusahaan otomotif terbesar negeri ini. Punya jabatan lumayan bagus. Hingga ia sering bepergian dinas ke luar negeri. Suatu saat beliau berkesempatan dinas berkeliling eropa.Dan salah satu negara yang beliau kunjungi adalah negara Inggris. Saat berjalan-jalan itulah ayahku sering mengirimi kami surat dan post card yang menggambarkan ciri khas negara yang dikunjungi.
Seperti kali itu, ayah mengirim dua buah post card. Satu untukku. Satu lagi untuk Linda adikku. Karena beliau tahu betul, bila ia mengirim satu, pastilah kami akan bertengkar memperebutkannya. Saat itu, kami senang bukan kepalang menerimanya. Post card yang unik. Karena tak berbentuk post card biasa seperti yang pernah kami lihat, yang monoton hanya berbentuk segi empat. Post card ini lonjong berbentuk potongan badan penjaga kerajaan Inggris lengkap dengan seragamnya. Gambar penjaga itu memakai topi bulu tinggi berwarna hitam, dengan seragam berwarna merah terang. Tampak sangat gagah wujudnya. Postcard yang menarik dan sangat lucu bagi anak kecil seusia kami.
Berceritalah ayahku dalam suratnya yang ditulis di post card itu, bahwa pasukan penjaga ini disebut juga British Royal Guard. Pasukan penjaga istana kerajaan Inggris. Kata ayah, para penjaga itu kuat berdiri berjam-jam ketika menunaikan tugasnya menjaga pintu gerbang istana kerajaan Inggris. Tak ada lelahnya. Bahkan hebatnya dia bisa diam seperti patung, tak ada satupun yang mampu mengusiknya. Meskipun seekor lalat hinggap dihidungnya, hihi....Terkagum-kagum kami dibuatnya. Bertanya-tanya kok bisa begitu?? Sesuatu yang belum pernah kami lihat dan kami dengar tentu saja.
Cerita ayah dan post card-post card yang dikirimnya, sungguh berkesan bagi kami berdua. Bahkan aku dapat mengingatnya dengan baik hingga kini. Demikian pula adikku. Sampai aku berangan-angan bisa sampai kesana. Negara yang menurut ayahku sangat indah untuk dikunjungi. Aku rasa hal yang sama dirasakan pula oleh adikku. Entah seberapa dalam kesan yang dirasakannya saat itu, aku abai. Mengingat pada saat itu usia kami masih sama-sama kecil.
Waktu terus berjalan. Membawa kami pada takdir kami masing-masing. Diusia 23 tahun, aku menikah, tepat setahun setelah aku menyelesaikan S1-ku. Pernikahan yang boleh dibilang sangat cepat dibandingkan 2 adikku yang lain. Setahun kemudian lahir anak pertamaku. Sementara saat itu, adikku Linda masih berkutat menyelesaikan S1-nya. Dia bersekolah di salah satu universitas negeri di Jogjakarta. Dan sibungsu Nisa, masih di sekolah menengah.
Sampai akhirnya, berkat ketekunannya, adikku Linda mendapat kesempatan menyelesaikan S2 disalah satu Universitas di Amsterdam. Kukatakan begitu, karena pastilah sebuah perjuangan yang tak mudah untuk mendapat kesempatan emas itu. Tak cukup hanya cerdas, tapi memerlukan kesabaran menembus beasiswa yang tentu saja diincar banyak orang. Ia memang harus melewati program scholarship untuk bisa mewujudkan cita-citanya. Karena bila harus mengeluarkan biaya sendiri, tentu adalah hal yang sulit kalau tidak bisa dikatakan mustahil. Mengingat ayahku pada saat itu tak mampu membiayainya. Karena hidup kami memang tidaklah berlebihan secara finansial. Bolehlah dikatakan cukup dan sederhana.
Saat disanalah, disela-sela waktu kuliahnya, adikku berkesempatan mengunjungi negara-negara di benua Eropa, Inggris salah satunya. Seperti mimpi yang tersimpan indah dimasa kecil. Saat itu adikku mengirimkan anakku postcard bergambar penjaga kerajaan Inggris, persis sama seperti yang ayahku kirimkan saat kami kecil.
Sesaat termenung ketika menerima kiriman postcard itu. Tiba-tiba semua ingatan masa kecilku kembali terbayang. Saat itu pula aku tersadar, betapa Linda mempunyai mimpi yang sama denganku. Bedanya, ia dianugerahi Tuhan kecerdasan dan ketekunan untuk mewujudkan mimpinya. Dalam post card yang juga bergambar Royal Guard itu, Linda bercerita pada anakku yang menjadi keponakan pertamanya, bahwa dulu ketika kecil, ia juga dikirimkan kartu pos yang sama oleh opa (sebutan kakek untuk ayahku). Dan sejak itu pulalah ia katakan, bahwa ia bercita-cita dan bermimpi untuk bisa sampai kesana. Ia juga mensupport, agar anakku belajar dengan rajin. Bercita-cita setinggi langit, agar kelak Tuhan mewujudkan mimpi dan cita-cita itu, persis seperti apa yang terjadi padanya. Meski bila dipikirkan soal finansial hal itu jauh dari mungkin. Namun ternyata, usaha, ketekunan dan kegigihanlah yang bisa membawanya sampai kesana.
Teringat kisah dalam novel Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Ketika seorang ikal, melihat indahnya desa kecil bak surga di Endensor Inggris. Tempat yang semasa ia kecil, hanya ada dalam mimpi-mimpinya. Tempat yang rasanya mustahil ia kunjungi. Namun akhirnya bisa ia datangi, berkat Tuhan dan sejuta letupan semangat belajarnya yang tak pernah surut. Sesuatu yang tentu saja menakjubkan.
Benarlah kata-kata andrea dalam novelnya...Bermimpilah...karena Tuhan akan memeluk mimpimu...
Dan adikku Linda telah membuktikannya.....
.
*saat ini Linda sedang menyelesaikan program Doktornya di Universitas yang sama di Amsterdam, telah menikah dan punya seorang anak...sementara si bungsu Nisa bekerja sebagai copywriter pada salah satu agensi periklanan di Jogjakarta, sudah menikah, dan belum dikaruniai anak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar